Senin, 31 Mei 2010

evaluasi pembelajaran bahasa dan menulis permulaan

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN MENULIS PERMULAAN

a. Pengertian evaluasi

Pengertian Evaluasi belajar menurut beberapa ahli sebagai berikut :

M.Echols dan Hasan Shadily (1983) menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris Evaluation” yang berarti penilaian atau penafsiran.

Stufflebeam,dkk (1971) Mendefinisikan evaluais sebagai “the process of deliating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives, artinya “evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan”.

Anne Anastasi (1978) Mengartikan evaluasi sebagai “a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils’ artinya evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

Suharsimi Arikunto (2004) Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Worthen dan Sanders (1979) Evaluasi adalah mencai sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu.

Curtis, Dan B; floyd, james J.; Winsor, Jerryl L evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.

Sedangkan Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai setiap uasaha atau proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga di artikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.

Jadi evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa jadi netral, positif dan negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu di evaluasi biasanya orang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai dan manfaatnya.

b. Macam - macam evaluasi

1.formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang di rencanakan.

Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes – tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback)

mengenai kemajuan yang telah dicapai.

Sementara Tesmer menyatakan Formative evaluation is a jugement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction, to improve its efectiviness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan unutk mengontrol sampai seberapa jauh siswa yang telah menguasai materi yang di ajarkan pada pokok bahasan tersebut.

Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan ditetapkan yang telah tercapai. Darihasil evaluasi akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang di anggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan – tindakan yang tepat.

Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka diberiakn remedial, yaitu batuan yang khusus diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi para siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah di bahas.

  1. Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya percakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit yang lainnya.

Winkel mendefenisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes- tes pada akhir suatu priode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa suatu unit pembelajaran yang diajarkan dalam satu smester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.

  1. Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan – kelebihan dan kelemahan – kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.

Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan perhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini, evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.

Pada tahap proses evaluasi ini diperluakan untuk mengetahui bahan- bahan pelajaran mana yang masih belum di kuasai dengan baik. Sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal lebih jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.

c. Pendekatan Evaluasi

Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan unutk menafsir sekor menjadi nilai. Kedua pendekan itu memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Kerena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting.

Kedua pendekatan itu adalah

  1. Pendekatan acuan norma (PAN)
  2. Pendekatan acuan patokan (PAP)

Sejalan dengan uraian diatas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W> James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial.

Norma reference measurement (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria, untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa.

Criterion reference measuarement (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Untuk mengukur tes yang mengidentifikasikan ketuntasan /ketidak tuntasan absolut siswa atas prilaku spesipik menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria.

  1. penilaian acuan patokan (PAP) Critorion refernce test (CRT)

Tujuan penggunaan tes acaun patokan berfokus pada kelompok prilaku kelompok siswa yang khusus. Dimaksudkan untuk mendapatkan gamabaran yang jelas tentang peforment peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana peforman tersebut dibandingkan dengan peforman yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain prilaku yang di tetapkan / dirumuskan dengan baik.

Pada pendekan acuan patokan, standar peforman yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutkansebagai standar mutu yang mutlak. Criterion – referenced interfretation is an absolud rather than relative interfretation, referenced to a defined body of leaner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor – sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkannilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh peforman (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Satu hal kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa tergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun elemahan ini dapat di atasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.

Dalam menginterpretasi sekor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas – batas nilai kelulusan. Umunya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut.

d. Hakikat Penilaian Pembelajaran Bahasa Secara Holistik

Dalam kurikulum 1994 yang mengacu kepada KBK menyatakan bahwa penilaian pengajaran Bahasa Indonesia meliputi 3 hal, yaitu :

1. penilaian program dan kualitas rancangan program

contohnya : rencana tahunan dan rencana smester

2. penilaian pelaksanaan program

3. penilaian proses dan hasil belajar siswa

e. Jenis Penilaian

Jenis penilaian berdasrkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :

1. Penilaian diagnotis

penilaian diagnotis adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan – kelemahan siswa beserta faktor – faktor penyebabnya.

2. Penilaian Selektif

Adalah penilaian yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

3. Penilaian Penempatan

Penempatan adalah evaluasi yang digunakan unutk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

4. Penilaian Formatif

Adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar .

5. Penilaian sumatif

Adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekerja siswa.

f. Alat Penilaian

Alat penilaian Holistik ada dua macam, yaitu :

1. Alat penilaian Tes

Alat penilaian Holistik adalah serangkaian pertanyaan atau tugas untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa diantaranya sebagai berikut simak ulang melengkapi dan menjawab pertanyaan dari wacana lisan.

2. Alat penilaian non tes

Alat penilaian non tes adalah alat penilaian selain tes. Teknik non tes dapat dengan observasi, wawancara dan fortofolio.

g.Teknik Penilaian

Kita dapat melaksanakan evaluasi belajar ataupun program melalui berbagai teknik / pendekatan. Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuaatan dan kelemahannya sendiri. Di bawah ini beberapa teknik evaluasi yang perlu kita singgung.

1. Evaluasi melalui tugas – tugas ( PR )

Tugas yang di berikan dengan baik dan jelas dapat membantu peserta didik untuk menampilkan kemampuan belajarnya termasuk spiritualitas, pengetahuan dan pengertian, keterampilan serta orisinalitasnya.Oleh karena itu, guru juga harus memberitahukan prosedur penilaian terhadap tugas yang di berikannya, antara lain

· Segi kegunaan tugas harus jelas diketahui oleh peserta didik

· Kesesuaian dengan beban studi

· Prosedur penilaian dan kriterianya

· Prosedur atau teknik kerja

· Perundingan segi waktu pekerjaan ( berapa lama )

· Kesiapan guru dalam memberi bimbingan

2. Evaluasi melalui bantuan rekan

Sering rekan pengajar lainnya dapat memberitahukan dengan baik sisi – sisi kekuatan dan kelemahan kita sendiri dalam banyak segi, seperti kerohanian, watak dan sikap, minat, pengetahuaan dan keterampilan. Guru dapat merencanakan “ alat “ bagi keperluaan ini, dengan memperhatikan prinsip – prisip yang di kemukakan di atas. Sepatutnyalah guru memandang peserta didiknya ( khususnya remaja, pemuda dan orang dewasa ) sebagai “ rekan sekerja “ yang dapat membantu dirinya sendiri dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan keguruaannya.

3. Evaluasi berdasarkan ujian.

Alat yang sering di pakai dalam kesempatan semacam ini di sebut tes. Ada dua jenis utamanya, yakni :

a. Tes objektif meliputi pilihan berganda, benar – salah, isian ( menjodohkan )

Sangat tepat untuk menilai segi – segi kognitif secara cepat dan menyeluruh. Tetapi jenis tes ini tidak dapat melihat segi kreativitas peserta didik dengan tepat.

b. Tes esai tertutup disajikan dengan cara memberi untuk soal untuk kaji atau dipikirkan berdasarkan bahan pengajaran yang di terima murid.Bentuk kajian semacam ini sangat baik dan mungkin tepat untuk menilai kemampuan belajar, kedalaman, dan ketajaman penertian peserta didik. Namun, untuk menilainya di perlukan lebih banyak waktu.

c. Tes esai terbuka. Tes sangat dipentingkan dalam hal ini adalah kemampuan memahami, aplikasif, analisis, sintesis serta evaluatif peserta didik dengan menggunakan fakta tertulis ( ide, angka – angka dan lain – lain ).

4.. Evaluasi berdasarkan pengamatan.

Hal ini penting dalam rangka mengukur keterampilan dan sikap yang dituntut berkembang dalam diri peserta didik. Karena itu, guru harus menetapkan segi – segi kualitas yang akan di ukur ( items ) termasuk aspek pengetahuan, penguasaan materi, pengertian, kemampuan menggunakan alat, keterampilan kerja, komunikasi dan lain – lain.

5. Evaluasi berdasarkan interview, termasuk ujian lisan komprehensif.

Guru dapat mengukur kemajuan peserta didik dengan cara mengajaknya berbincang – bincang mengenai pokok tertentu. Kemudian guru memberitahukan kemajuan dan kelemahan peserta didik berdasarkan hasil wawancara itu. Harus disadari bahwa bentu semacam ini sering pula mengundang debat emosional dan pembicaraan yang tak tentu arahnya